Selasa, 26 Maret 2013

KONSEP SEHAT SAKIT

KONSEP SEHAT SAKIT

 
 
Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah dijalankan selama ini masih memperlihatkan adanya ketidaksesuaian antara pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat dengan tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat dan partisipasi masyarakat yang diharapkan meskipun di dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah ditegaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup besar terhadap pembangunan kesehatan masyarakat termasuk perawat dalam komunitas perlu mencari terobosan yang kreatif agar program tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan. 

KONSEP SEHAT SAKIT




Konsep Sehat:
* Perkins (1939)
Sehat adalah suatu keadaan berkesinambungan yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan beberapa factor yang berusaha mempengaruhinya.
* WHO (1957)
Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala factor keturunan dan lingkungan yang dimiliki.
* WHO (1974)
Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna dari aspek fisik, mental, social, dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
* White (1977)
Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda/gejala suatu penyakit atau kelainan.

KONSEP SAKIT:
* Perkins (1937)
Sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari baik aktifitas jasmani, rohani, dan social.
* Ravelyy (1940-an)
Sakit adalah tidak adanya keselarasan antara lingkungan, agen, dan individu.
* New Webster Dictionary (1970-an)
Sakit adalah suatu keadaan yang ditandai dengan suatu perubahan gangguan yang nyata dan normal.
* WHO (1974)
Sakit adalah suatu keadaan yang tidak seimbang/sempurna seseorang dari aspek medis, fisik, mental, social, psikologis, dan bukan hanya mengalami kesakitan tetapi juga kecacatan.
 
Oleh karena pengertian sehat sakit tidak terlalu spesifik, para ahli sepakat menggunakan suatu rentang skala untuk mengukur tingkat atau status kesehatan seseorang. Salah satu ukurang yang dipakai adalah Health-Illnes continuum atau rentang sehat sakit.
 
Komponen ini memandang bahwa keperawatan itu adalah bentuk pelayanan yang diberikan pada manusia dalam rentang sehat sakit, yang dapat digambarkan sebagai berikut:
 
Status kesehatan merupakan suatu keadaan kesehatan seseorang dalam batas rentang sehat sakit yang bersifat dinamis dan dipengaruhi antara lain oleh:

  1. Perkembangan
Status kesehatan dapat dipengaruhi oleh factor perkembangan yang mempunyai arti bahwa perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh factor usia dalam hal ini adlah pertumbuhan dan perkembangan, mengingat proses perkembangan itu dimulai dari usia bayi sampai lanjut yang memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda. Respond an pemahaman itulah yang dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang. Apabila seseorang merespon dengan baik terhadap perubahan kesehatannya, maka akan memiliki kesehatan yang baik sehingga mencapai kesehatan optimal, demikian sebaliknya.

Contoh perubahan status kesehatan yang dapat dipengaruhi oleh perkembangan adalah bayi atau anak-anak yang tahap perkembangannya belum mencapai kematangan, maka status kesehatannya sangat rentan terhadap penyakit. Bayi dan anak-anak mudah sekali terkena penyakit dibandingkan orang dewasa, demikian juga dengan usia lanjut, dimana semua daya imunitas akan menurun.

  1. Sosial dan Kultural
Sosial dan cultural dapat juga mempengaruhi proses perubahan status kesehatan seseorang karena akan mempengaruhi pemikiran atau keyakinan sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam perilaku kesehatan. Contoh: seseorang yang memiliki lingkungan tempat tinggal yang kotor namun jarang terjadi penyakit pada lingkungan itu, demikian juga seseorang yang memiliki social ekonomi rendah akan berespon baik ketika mengalami penyakit flu dan menganggaphal tersebut tidak menjadi masalah dan sebaliknya jika penyakit flu menyerang kepada social ekonominya tinggi, penyakit tersebut dianggap sebagai masalah kesehatan yang dapat mengganggu dirinya dalam kehidupan.

  1. Pengalaman Masa Lalu
Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan. Jika ada pengalaman yang tidak diinginkan atau pengalaman kesehatan yang buruk sehingga berdampak besar dalam status kesehatan. Contoh: seseorang yang mengalami diare yang menyebabkan dirinya masuk rumah sakit, maka dalam kehidupannya sehari-hari orang tersebut akan selalu berusaha untuk tidak mengulangi pengalaman masa lalunya dengan mencegah hal-hal yang dapat menyebabkan diare.

  1. Harapan Seseorang Tentang Dirinya
Harapan merupakan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan perubahan status kesehatan kea rah yang optimal. Harapan dapat menghasilkan status kesehatan ke tingkat lebih baik secara fisik maupun psikologis, karena melalui harapan akan timbul motivasi bergaya hidup sehat dan selalu menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi status kesehatan dirinya.

  1. Keturunan
Keturunan juga dapat memberikan pengaruh terhadap status kesehatan seseorang mengingat potensi perubahan status kesehatan telah dimiliki melalui factor genetic, walaupun tidak terlalu besar tetapi akan mempengaruhi respon terhadap berbagai penyakit.

  1. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik seperti sanitasi lingkungan, kebersihan diri, tempat pembuangan air limbah atau kotoran serta rumah yang kurang memenuhi persyaratan kesehatan sehingga dapat mempengaruhi perilaku hidup sehat yang dapat merubah status kesehatan.

  1. Pelayanan
Pelayanan kesehatan dapat berupa tempat pelayanan atau system pelayanan dapat mempengaruhi status kesehatan. Hal ini dapat dijumpai apabila tempat pelayanan kesehatan terlalu jauh atau kualitas dalam memberikan pelayanan kurang baik, maka dapat mempengaruhi seseorang dalam berprilaku hidup sehat.

TAHAPAN PROSES SAKIT
  1. Tahap Gejala
Tahap ini merupakan tahapan awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanya perasaan tidak nyaman terhadap dirinya karena timbulnya suatu gejala yang dapat meliputi gejala fisik seperti adanya perasaan nyeri, panas dan lain-lain sebagai manifestasi terjadinya ketidakseimbangan dalam tubuh. Setiap gejala timbul sebagai manifestasi fisik.
  1. Tahap Asumsi Terhadap Sakit
Pada tahap ini seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang dialaminya dan akan merasakan keragu-raguan pada kelainan atau gangguan yang dirasakan pada tubuhnya. Setelah menginterpretasi gejala itu, maka seorang akan merespon dalam bentuk emosi terhadap gejala tersebut seperti merasakan ketakutan atau kecemasan. Untuk mengatasi ketakutan atau kecemasan tersebut, kemudian dilakukan proses konsultasi dengan sekitar atau orang yang dianggap lebih mengetahui atau dating ke tempat pengobatan. Tahap ini dapat berakhir dengan ditemukan gejala yang pasti dan terjadi perubahan dari sakitnya. Proses ini dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya pengetahuan atau pengalaman masa lalu.

Dalam kondisi ini seseorang dapat melakukan peran selama sakit dengan tujuan memperoleh kesehatan. Peran tersebut menurut Parsons dapa meliputi:
* Klien tidak memegang tanggung jawab untuk kondisi selama sakit.
* Klien dibebaskan dari tugas dan fungsi social.
* Klien diharuskan memperoleh kondisi sehat secepat mungkin.
* Klien dan keluarga mencari bantuan orang yang kompeten.

  1. Tahap Kontak dengan Pelayanan Kesehatan
Tahapan ini seseorang telah mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan dengan meminta nasehat dari profesi kesehatan seperti dokter, perawat, atau lainnya yang dilakukan atas inisiatif dirinya sendiri. Proses pencarian ini dilakukan untuk mengetahui gejala-gejala yang tidak dimengerti oleh klien dan adanya keyakinan bahwa dirinya akan lebih baik. Jika setelah konsultasi tidak ditemukan lagi gejala yang ada, maka klien menganggap dirinya telah sembuh. Namun apabila gejala tersebut muncul kembali, maka dirinya akan dating ke pelayanan kesehatan.

  1. Tahap Ketergantungan
Tahapan ini terjadi setelah seseorang dianggap mengalami suatu penyakit yang tentunya akan mendapatkan bantuan pengobatan sehingga kondisi seseorang sudah mulai ketergantungan dalam pengobatan akan tetapi tidak semua orang mempunyai tingkat ketergantungan yang sama melainkan berbeda berdasarkan tingkat kebutuhannya. Kondisi ini juga dapat dipengaruhi oleh tingkat penyakitnya. Thapan ini dapat dilakukan dengan pengkajian kebutuhan terhadap ketergantungan dan dapat diberi support agar seseorang mengalami kemandirian.

  1. Tahap Penyembuhan
Tahap ini merupakan tahapan terakhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi, dimana seseorang akan melakukan proses belajar untuk melepaskan perannya selama sakit dan kembali berperan seperti sebelum sakit serta adanya persiapan untuk berfungsi dalam kehidupan social. Peran tenaga kesehatan disini dengan membantu klien untuk meningkatkan kemandirian serta memberikan harapan dan kehidupan menuju kesejahteraan.

DAMPAK SAKIT


  1. Terjadi Perubahan Peran Dalam Keluarga
Selama sakit peran dalam keluarga akan mengalami gangguan mengingat terjadi pergantian peran dari salah satu anggota keluarga yang mengalami sakit.

  1. Terjadi Gangguan Psikologis
Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya stress sampai mengalami kecemasan yang berat, apabila psikologisnya tidak disiapkan dengan baik. Proses terganggunya psikologis ini diawali dengan adnya konflik terhadap dirinya seperti kecemasan, ketakutan,dan lain-lain.

  1. Masalah Keuangan
Dampak ini jelas akan terjadi karena adanya beberapa pengeluaran keuangan yang sebelumnya tidak diduga selama sakit mengingat biaya keperawatan dan obat-obatan cukup mahal.

  1. Kesepian akan Perpisahan
Dampak ini dapat terjadi pada seseorang yang sebelumnya selalu berkumpul dengan keluarga, namun ketika sakit orang tersebut harus dirawat dan berpisah dari keluarganya.

  1. Terjadinya Perubahan Kebiasaan Sosial
Ini jelas terjadi mengingat selama di rumah interaksi dengan lingkungan masyarakat selalu terjadi akan tetapi ketika seseorang sakit seluruh aktivitas sosialnya akan mengalami perubahan.
  1. Terganggunya Privasi Seseorang
Privasi seseorang dapat ditujukan pada perasaan menyenangkan yang merefleksikan tingkat penghargaan seseorang. Perasaan menyenangkan ini akan mengalami gangguan karena aktivitasnya terbatas dengan kehidupan di rumah sakit serta kebutuhannya terganggu sehingga membuat perasaan menjadi tidak menyenangkan yang mengakibtakan penghargaan social sulit dicapai.

  1. Otonomi
Telah disediakannya kebutuhan bagi pasien rumah sakit mengakibatkan menurunnya kemampuan aktivitas pasien karena keadaan untuk mandiri dan mengatur sendiri sulit dicapai sehingga pasien akan selalu memiliki ketergantungan.
  1. Terjadi Perubahan Gaya Hidup
Adanya peraturan dan ketentuan dari rumah sakit khususnya perilaku sehat serta aturan dalam makanan, obat, dan aktivitas agar seseorang akan mengalami perubahan dalam gaya hidupnya yakni selalu hati-hati dan menghindari hal-hal yang dilarang sesuai dengan ketentuan proses perawatan dan pengobatan.

PERILAKU ORANG SAKIT

1. Adanya Perasaan Ketakutan

Perubahan perilaku ini dapat terjadi pada semua orang dengan ditandai adanya perasaan takut sebagai dampak dari sakit. Apabila sikap penerimaan terhadap sakitnya serta dampak yang ditimbulkan belum dapat diterima secara penuh pada seseorang yang mengalami sakit, maka orang tersebut akan terhantui perasaan ketakutan dan hal ini apabila dibiarkan akan mengganggu status mental seseorang.

2. Menarik Diri

Pada orang yang sakit akan selalu mengalami proses kecemasan. Tingkat kecemasan yang dialami seseorang pun berbeda. Untuk mengurangi kecemasan, maka seseorang akan berprilaku menarik diri seperti diam jika tidak diberi pertanyaan. Hal tersebut sebagai bentuk upaya menghindari kecemasan.

3. Egosentris

Perilaku ini dapat terjadi pada orang sakit yang ditunjukkan dengan selalu banyak mempersoalkan dirinya sendiri dan tidak mau mendengarkan orang lain atau memikirkan orang lain. Perilaku ini juga ditunjukkan dengan selalu ingin bercerita tentang penyakitnya.

4. Sensitif Terhadap Persoalan Kecil

Pada orang sakit perubahan perilaku ini biasanya selalu ditimbulkan dengan selalu mempersoalkan hal-hal yang kecil sebagai dampak terganggunya psikologis seperti selalu mengomel jika keadaan tersebut tidak sesuai dengan dirinya.
 
5. Reaksi Emosional Tinggi

Perilaku ini dapat ditunjukkan dari seseorang yang mengalami sakit dengan mudah menangis, tersinggung, marah serta tuntutan perhatian yang lebid dari orang sekitar.

6. Perubahan Persepsi

Terjadinya perubahan persepsi selama sakit ini dapat ditunjukkan dengan persepsi bahwa dokter dan perawat adalah orang yang dapat membantu untuk menyembuhkannya sehingga menaruh harapan sangat besar pada dokter dan perawat tersebut.

7. Berkurangnya Minat

Perubahan perilaku yang ditunjukkan pada seseorang yang mengalami sakit ini adalah berkurangnya minat karena terjadi stress yang diakibatkan penyakit yang dirasakan serta menurunnya kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

TINGKATAN KEADAAN SEHAT/SAKIT (Fashel & Bush, 1970)

1. Well being : Sehat sempurna
2. Dissatisfication : Kurang memuaskan
3. Discomfort : Tidak nyaman
4. Minor Disability : Ketidakmampuan kecil
5. Mayor Disability : Ketidakmampuan mayor
6. Disable : Cacat
7. Confined : Terbatas
8. Confined Beddriden : Tinggal di tempat tidur
9. Isolated : Terisolasi
10. Coma : Keadaan kritis
11. Death : Mati

PERGESERAN KONSEP SEHAT
 
Konsep sehat dan upaya kesehatan yang dianut dunia telah banyak bergeser. Di Indonesia pergeseran cara penanganan kesehatan masyarakat tak bias cepat diikuti karena kekurangan orang yang mampu menerjemahkan berbagai konsep kesehatan menjadi kebijakan yang bias diterapkan.
 
Untuk itu upaya kesehatan tidak lagi hanya kuratif tetapi juga promotif dan preventif. Upaya kesehatan untuk pembangunan manusia bukan hanya tanggung jawab sector kesehatan melainkan perlu kerja sama lintas sector.
 
Keterbatasan dana menyebabkan upaya penyebarluasan paradigm sehat dan kebijakan program Indonesia Sehat 2010 tidak lancar. Analisa dan pembahasan kebijakan baru serta upaya sosialisasi makin kabur. Peraturan pemerintah yang memuat kebijakan kesehatan tingkat pusat dan provinsi tidak pernah dibahas secara mendalam. Bahkan saat ini terasa kecenderungan pemerintah kabupaten dan kota menetapkan sendiri kebijakan yang terkait dengan program-program yang telah didesentralisasikan.

Sumber: Pengantar Konsep Dasar Keperawatan (Arita Murwani, S.Kep., 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar