KONSEP SEHAT SAKIT
Perkembangan kesehatan masyarakat di
Indonesia yang telah dijalankan selama ini masih memperlihatkan adanya
ketidaksesuaian antara pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat
dengan tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat dan
partisipasi masyarakat yang diharapkan meskipun di dalam Undang-Undang
No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah ditegaskan bahwa tujuan
pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Oleh karena
itu pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup besar
terhadap pembangunan kesehatan masyarakat termasuk perawat dalam
komunitas perlu mencari terobosan yang kreatif agar program tersebut
dapat dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan.
KONSEP SEHAT SAKIT
Konsep Sehat:
* Perkins (1939)
Sehat
adalah suatu keadaan berkesinambungan yang dinamis antara bentuk dan
fungsi tubuh dan beberapa factor yang berusaha mempengaruhinya.
* WHO (1957)
Sehat
adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi
secara wajar dengan segala factor keturunan dan lingkungan yang
dimiliki.
* WHO (1974)
Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna dari aspek fisik, mental, social, dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
* White (1977)
Sehat
adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak
mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda/gejala suatu penyakit
atau kelainan.
KONSEP SAKIT:
* Perkins (1937)
Sakit
adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang
sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari baik aktifitas
jasmani, rohani, dan social.
* Ravelyy (1940-an)
Sakit adalah tidak adanya keselarasan antara lingkungan, agen, dan individu.
* New Webster Dictionary (1970-an)
Sakit adalah suatu keadaan yang ditandai dengan suatu perubahan gangguan yang nyata dan normal.
* WHO (1974)
Sakit
adalah suatu keadaan yang tidak seimbang/sempurna seseorang dari aspek
medis, fisik, mental, social, psikologis, dan bukan hanya mengalami
kesakitan tetapi juga kecacatan.
Oleh
karena pengertian sehat sakit tidak terlalu spesifik, para ahli sepakat
menggunakan suatu rentang skala untuk mengukur tingkat atau status
kesehatan seseorang. Salah satu ukurang yang dipakai adalah Health-Illnes continuum atau rentang sehat sakit.
Komponen
ini memandang bahwa keperawatan itu adalah bentuk pelayanan yang
diberikan pada manusia dalam rentang sehat sakit, yang dapat digambarkan
sebagai berikut:
Status
kesehatan merupakan suatu keadaan kesehatan seseorang dalam batas
rentang sehat sakit yang bersifat dinamis dan dipengaruhi antara lain
oleh:
- Perkembangan
Status
kesehatan dapat dipengaruhi oleh factor perkembangan yang mempunyai
arti bahwa perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh factor usia
dalam hal ini adlah pertumbuhan dan perkembangan, mengingat proses
perkembangan itu dimulai dari usia bayi sampai lanjut yang memiliki
pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.
Respond an pemahaman itulah yang dapat mempengaruhi status kesehatan
seseorang. Apabila seseorang merespon dengan baik terhadap perubahan
kesehatannya, maka akan memiliki kesehatan yang baik sehingga mencapai
kesehatan optimal, demikian sebaliknya.
Contoh
perubahan status kesehatan yang dapat dipengaruhi oleh perkembangan
adalah bayi atau anak-anak yang tahap perkembangannya belum mencapai
kematangan, maka status kesehatannya sangat rentan terhadap penyakit.
Bayi dan anak-anak mudah sekali terkena penyakit dibandingkan orang
dewasa, demikian juga dengan usia lanjut, dimana semua daya imunitas
akan menurun.
- Sosial dan Kultural
Sosial
dan cultural dapat juga mempengaruhi proses perubahan status kesehatan
seseorang karena akan mempengaruhi pemikiran atau keyakinan sehingga
dapat menimbulkan perubahan dalam perilaku kesehatan. Contoh: seseorang
yang memiliki lingkungan tempat tinggal yang kotor namun jarang terjadi
penyakit pada lingkungan itu, demikian juga seseorang yang memiliki
social ekonomi rendah akan berespon baik ketika mengalami penyakit flu
dan menganggaphal tersebut tidak menjadi masalah dan sebaliknya jika
penyakit flu menyerang kepada social ekonominya tinggi, penyakit
tersebut dianggap sebagai masalah kesehatan yang dapat mengganggu
dirinya dalam kehidupan.
- Pengalaman Masa Lalu
Pengalaman
masa lalu dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan. Jika ada
pengalaman yang tidak diinginkan atau pengalaman kesehatan yang buruk
sehingga berdampak besar dalam status kesehatan. Contoh: seseorang yang
mengalami diare yang menyebabkan dirinya masuk rumah sakit, maka dalam
kehidupannya sehari-hari orang tersebut akan selalu berusaha untuk tidak
mengulangi pengalaman masa lalunya dengan mencegah hal-hal yang dapat
menyebabkan diare.
- Harapan Seseorang Tentang Dirinya
Harapan
merupakan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan perubahan
status kesehatan kea rah yang optimal. Harapan dapat menghasilkan status
kesehatan ke tingkat lebih baik secara fisik maupun psikologis, karena
melalui harapan akan timbul motivasi bergaya hidup sehat dan selalu
menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi status kesehatan dirinya.
- Keturunan
Keturunan
juga dapat memberikan pengaruh terhadap status kesehatan seseorang
mengingat potensi perubahan status kesehatan telah dimiliki melalui
factor genetic, walaupun tidak terlalu besar tetapi akan mempengaruhi
respon terhadap berbagai penyakit.
- Lingkungan
Lingkungan
yang dimaksud adalah lingkungan fisik seperti sanitasi lingkungan,
kebersihan diri, tempat pembuangan air limbah atau kotoran serta rumah
yang kurang memenuhi persyaratan kesehatan sehingga dapat mempengaruhi
perilaku hidup sehat yang dapat merubah status kesehatan.
- Pelayanan
Pelayanan
kesehatan dapat berupa tempat pelayanan atau system pelayanan dapat
mempengaruhi status kesehatan. Hal ini dapat dijumpai apabila tempat
pelayanan kesehatan terlalu jauh atau kualitas dalam memberikan
pelayanan kurang baik, maka dapat mempengaruhi seseorang dalam
berprilaku hidup sehat.
TAHAPAN PROSES SAKIT
- Tahap Gejala
Tahap
ini merupakan tahapan awal seseorang mengalami proses sakit dengan
ditandai adanya perasaan tidak nyaman terhadap dirinya karena timbulnya
suatu gejala yang dapat meliputi gejala fisik seperti adanya perasaan
nyeri, panas dan lain-lain sebagai manifestasi terjadinya
ketidakseimbangan dalam tubuh. Setiap gejala timbul sebagai manifestasi
fisik.
- Tahap Asumsi Terhadap Sakit
Pada
tahap ini seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang
dialaminya dan akan merasakan keragu-raguan pada kelainan atau gangguan
yang dirasakan pada tubuhnya. Setelah menginterpretasi gejala itu, maka
seorang akan merespon dalam bentuk emosi terhadap gejala tersebut
seperti merasakan ketakutan atau kecemasan. Untuk mengatasi ketakutan
atau kecemasan tersebut, kemudian dilakukan proses konsultasi dengan
sekitar atau orang yang dianggap lebih mengetahui atau dating ke tempat
pengobatan. Tahap ini dapat berakhir dengan ditemukan gejala yang pasti
dan terjadi perubahan dari sakitnya. Proses ini dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya pengetahuan atau pengalaman masa lalu.
Dalam kondisi ini seseorang dapat melakukan peran selama sakit dengan tujuan memperoleh kesehatan. Peran tersebut menurut Parsons dapa meliputi:
* Klien tidak memegang tanggung jawab untuk kondisi selama sakit.
* Klien dibebaskan dari tugas dan fungsi social.
* Klien diharuskan memperoleh kondisi sehat secepat mungkin.
* Klien dan keluarga mencari bantuan orang yang kompeten.
- Tahap Kontak dengan Pelayanan Kesehatan
Tahapan
ini seseorang telah mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan
dengan meminta nasehat dari profesi kesehatan seperti dokter, perawat,
atau lainnya yang dilakukan atas inisiatif dirinya sendiri. Proses
pencarian ini dilakukan untuk mengetahui gejala-gejala yang tidak
dimengerti oleh klien dan adanya keyakinan bahwa dirinya akan lebih
baik. Jika setelah konsultasi tidak ditemukan lagi gejala yang ada, maka
klien menganggap dirinya telah sembuh. Namun apabila gejala tersebut
muncul kembali, maka dirinya akan dating ke pelayanan kesehatan.
- Tahap Ketergantungan
Tahapan
ini terjadi setelah seseorang dianggap mengalami suatu penyakit yang
tentunya akan mendapatkan bantuan pengobatan sehingga kondisi seseorang
sudah mulai ketergantungan dalam pengobatan akan tetapi tidak semua
orang mempunyai tingkat ketergantungan yang sama melainkan berbeda
berdasarkan tingkat kebutuhannya. Kondisi ini juga dapat dipengaruhi
oleh tingkat penyakitnya. Thapan ini dapat dilakukan dengan pengkajian
kebutuhan terhadap ketergantungan dan dapat diberi support agar seseorang mengalami kemandirian.
- Tahap Penyembuhan
Tahap
ini merupakan tahapan terakhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk
beradaptasi, dimana seseorang akan melakukan proses belajar untuk
melepaskan perannya selama sakit dan kembali berperan seperti sebelum
sakit serta adanya persiapan untuk berfungsi dalam kehidupan social.
Peran tenaga kesehatan disini dengan membantu klien untuk meningkatkan
kemandirian serta memberikan harapan dan kehidupan menuju kesejahteraan.
DAMPAK SAKIT
- Terjadi Perubahan Peran Dalam Keluarga
Selama
sakit peran dalam keluarga akan mengalami gangguan mengingat terjadi
pergantian peran dari salah satu anggota keluarga yang mengalami sakit.
- Terjadi Gangguan Psikologis
Keadaan
ini dapat mengakibatkan terjadinya stress sampai mengalami kecemasan
yang berat, apabila psikologisnya tidak disiapkan dengan baik. Proses
terganggunya psikologis ini diawali dengan adnya konflik terhadap
dirinya seperti kecemasan, ketakutan,dan lain-lain.
- Masalah Keuangan
Dampak
ini jelas akan terjadi karena adanya beberapa pengeluaran keuangan yang
sebelumnya tidak diduga selama sakit mengingat biaya keperawatan dan
obat-obatan cukup mahal.
- Kesepian akan Perpisahan
Dampak
ini dapat terjadi pada seseorang yang sebelumnya selalu berkumpul
dengan keluarga, namun ketika sakit orang tersebut harus dirawat dan
berpisah dari keluarganya.
- Terjadinya Perubahan Kebiasaan Sosial
Ini
jelas terjadi mengingat selama di rumah interaksi dengan lingkungan
masyarakat selalu terjadi akan tetapi ketika seseorang sakit seluruh
aktivitas sosialnya akan mengalami perubahan.
- Terganggunya Privasi Seseorang
Privasi
seseorang dapat ditujukan pada perasaan menyenangkan yang merefleksikan
tingkat penghargaan seseorang. Perasaan menyenangkan ini akan mengalami
gangguan karena aktivitasnya terbatas dengan kehidupan di rumah sakit
serta kebutuhannya terganggu sehingga membuat perasaan menjadi tidak
menyenangkan yang mengakibtakan penghargaan social sulit dicapai.
- Otonomi
Telah
disediakannya kebutuhan bagi pasien rumah sakit mengakibatkan
menurunnya kemampuan aktivitas pasien karena keadaan untuk mandiri dan
mengatur sendiri sulit dicapai sehingga pasien akan selalu memiliki
ketergantungan.
- Terjadi Perubahan Gaya Hidup
Adanya
peraturan dan ketentuan dari rumah sakit khususnya perilaku sehat serta
aturan dalam makanan, obat, dan aktivitas agar seseorang akan mengalami
perubahan dalam gaya hidupnya yakni selalu hati-hati dan menghindari
hal-hal yang dilarang sesuai dengan ketentuan proses perawatan dan
pengobatan.
PERILAKU ORANG SAKIT
1. Adanya Perasaan Ketakutan
Perubahan
perilaku ini dapat terjadi pada semua orang dengan ditandai adanya
perasaan takut sebagai dampak dari sakit. Apabila sikap penerimaan
terhadap sakitnya serta dampak yang ditimbulkan belum dapat diterima
secara penuh pada seseorang yang mengalami sakit, maka orang tersebut
akan terhantui perasaan ketakutan dan hal ini apabila dibiarkan akan
mengganggu status mental seseorang.
2. Menarik Diri
Pada
orang yang sakit akan selalu mengalami proses kecemasan. Tingkat
kecemasan yang dialami seseorang pun berbeda. Untuk mengurangi
kecemasan, maka seseorang akan berprilaku menarik diri seperti diam jika
tidak diberi pertanyaan. Hal tersebut sebagai bentuk upaya menghindari
kecemasan.
3. Egosentris
Perilaku
ini dapat terjadi pada orang sakit yang ditunjukkan dengan selalu
banyak mempersoalkan dirinya sendiri dan tidak mau mendengarkan orang
lain atau memikirkan orang lain. Perilaku ini juga ditunjukkan dengan
selalu ingin bercerita tentang penyakitnya.
4. Sensitif Terhadap Persoalan Kecil
Pada
orang sakit perubahan perilaku ini biasanya selalu ditimbulkan dengan
selalu mempersoalkan hal-hal yang kecil sebagai dampak terganggunya
psikologis seperti selalu mengomel jika keadaan tersebut tidak sesuai
dengan dirinya.
5. Reaksi Emosional Tinggi
Perilaku
ini dapat ditunjukkan dari seseorang yang mengalami sakit dengan mudah
menangis, tersinggung, marah serta tuntutan perhatian yang lebid dari
orang sekitar.
6. Perubahan Persepsi
Terjadinya
perubahan persepsi selama sakit ini dapat ditunjukkan dengan persepsi
bahwa dokter dan perawat adalah orang yang dapat membantu untuk
menyembuhkannya sehingga menaruh harapan sangat besar pada dokter dan
perawat tersebut.
7. Berkurangnya Minat
Perubahan
perilaku yang ditunjukkan pada seseorang yang mengalami sakit ini
adalah berkurangnya minat karena terjadi stress yang diakibatkan
penyakit yang dirasakan serta menurunnya kemampuan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
TINGKATAN KEADAAN SEHAT/SAKIT (Fashel & Bush, 1970)
1. Well being : Sehat sempurna
2. Dissatisfication : Kurang memuaskan
3. Discomfort : Tidak nyaman
4. Minor Disability : Ketidakmampuan kecil
5. Mayor Disability : Ketidakmampuan mayor
6. Disable : Cacat
7. Confined : Terbatas
8. Confined Beddriden : Tinggal di tempat tidur
9. Isolated : Terisolasi
10. Coma : Keadaan kritis
11. Death : Mati
PERGESERAN KONSEP SEHAT
Konsep
sehat dan upaya kesehatan yang dianut dunia telah banyak bergeser. Di
Indonesia pergeseran cara penanganan kesehatan masyarakat tak bias cepat
diikuti karena kekurangan orang yang mampu menerjemahkan berbagai
konsep kesehatan menjadi kebijakan yang bias diterapkan.
Untuk
itu upaya kesehatan tidak lagi hanya kuratif tetapi juga promotif dan
preventif. Upaya kesehatan untuk pembangunan manusia bukan hanya
tanggung jawab sector kesehatan melainkan perlu kerja sama lintas
sector.
Keterbatasan
dana menyebabkan upaya penyebarluasan paradigm sehat dan kebijakan
program Indonesia Sehat 2010 tidak lancar. Analisa dan pembahasan
kebijakan baru serta upaya sosialisasi makin kabur. Peraturan pemerintah
yang memuat kebijakan kesehatan tingkat pusat dan provinsi tidak pernah
dibahas secara mendalam. Bahkan saat ini terasa kecenderungan
pemerintah kabupaten dan kota menetapkan sendiri kebijakan yang terkait
dengan program-program yang telah didesentralisasikan.
Sumber: Pengantar Konsep Dasar Keperawatan (Arita Murwani, S.Kep., 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar